Alfizza Murdiyono
Balance Bike Untuk Apa
Diposting pada tanggal: 26-10-2020


32 Likes
‘Balance bike, untuk apa?’, sebuah judul yang juga menjadi pertanyaan dari banyak orang yang kutemui baik secara langsung maupun di media sosial. Ada yang bertanya demikian dengan nada tertarik, penasaran, dan tak jarang dengan nada sinis. Aku rapopo, Bu! he-he

Balance bike atau sepeda keseimbangan ini sering juga disebut push bike dan kick bike karena sepeda ini dikayuh dengan kekuatan dorongan kaki. Sepeda tersebut tidak memiliki pedal dan juga ronda bantu seperti yang sering dijumpai pada umumnya sepeda anak-anak.

Aku dan suami memberikan Azura, anakku, balance bike sebagai kado ulang tahun keduanya. Bukan karena ingin mengikuti tren atau berambisi ingin anakku langsung bisa menggunakan sepeda roda dua. Kami tentu memiliki alasan dan tujuan tersendiri, yaitu:
1. Ringkas
Sebagai penghuni apartemen, aku tidak punya banyak tempat untuk menyimpan barang bervolume. Balance bike dirasa cocok bagiku karena bentuknya lebih ringkas dibanding tricycle (sepeda roda tiga) sehingga tidak banyak makan tempat saat disimpan.

2. Ringan, Lebih Fleksibel dan Ergonomis
Di rumah neneknya, Azura disediakan sepeda roda tiga. Saat sepeda tersebut dipakai di jalan aspal, tiba-tiba Azura terjatuh. Ternyata, salah satu ban belakangnya tesandung batu krikil. Sementara, saat menggunakan balance bike, Azura tidak terjatuh meskipun berkendara di jalan paving yang tidak rata dan berlubang.

3. Melatih Keseimbangan
Sesuai namanya, balance bike ini didesain sedemikian rupa untuk melatih keseimbangan tubuh. Manfaatnya ketika tubuh sudah terlatih keseimbangan, tubuh tidak mudah jatuh/oleng. Selain itu latihan keseimbangan juga melatih body awareness sehingga anak mampu menakar kemungkinan cidera; misalnya dengan tindakan mengerem saat meluncur, menghindari lubang, berhati-hati saat melewati jalan rusak, dsb.

4. Olahraga yang Menyenangkan
Umumnya, anak-anak suka sekali bersepeda. Nah, balance bike bisa menjadi alternatif olahraga yang bermanfaat bagi tubuh dan tumbuh kembang anak serta sangat menyenangkan. Selama mendampingi Azura bersepeda, aku juga ikut olahraga dengan cara berlari atau bersepeda juga.

5. Melatih Rasa Percaya Diri
Saat mengenalkan Azura dengan balance bike-nya, aku percaya pada kemampuannya sepenuhnya. Aku melatihnya dengan sabar dan sukacita. Aku dan suami memberinya semangat terus menerus untuk mencoba lagi dan lagi saat terjatuh. Hingga akhirnya Azura mampu menggerakkan sepedanya sendiri bahkan sekarang mulai coba-coba melewati lintasan yang lebih terjal. Dengan demikian, anak akan menyadari kemampuannya dan percaya diri untuk melakukan sesuatu sendiri.

6. Melatih Indera Pendengaran dan Nalar Anak
Saat menggunakan balance bike, aku sering kali mengarahkan Azura untuk berbelok ke kanan, kiri, maju, mundur, duduk, berhenti dan naikkan kaki. Aku menyadari bahwa perintah-perintah itu merupakan stimulasi indera pendengarannya yang terkoneksi ke otak lalu diterjemahkannya dalam bentuk tindakan. Positifnya, anak terlatih menjadi mendengar yang baik dan mampu mengikuti arahan. Dikemudian hari anak juga sudah nalar harus bertindak bagaimana saat menghadapi situasi tertentu.

7. Melatih Anak Berproses
Sebagai orang tua, aku ingin sekali melatih anakku untuk menghargai proses sebab di dunia ini tidak ada yang instan. Melalui balance bike, aku dan anakku menjalani proses bersama. Mulai dari yang awalnya Azura takut naik sepedanya sampai lama-lama berani dan mampu mengendalikan sepedanya. Di awal, sepedanya jatuh terus karena saat itu tangan Azura masih lemah, sekarang tangannys sudah jauh lebih kuat. Awalnya juga kaki Azura belum benar-benar napak tanah, jalan masih tertatih dan sering jatuh, sampai akhirnya sekarang kakinya sudah napak tanah dan sudah mampu mengayuh cepat.

Demikian kiranya cerita tentang alasan dan tujuanku memberikan Azura balance bike. Bagi kami, bermain balance bike adalah olahraga anak yang menyehatkan tubuh dan menyenangkan. Apalagi anak-anak yang tumbuh di apartemen, seperti anak kami, membutuhkan ruang untuk bergerak leluasa demi mengembangkan kecerdasan kinestetiknya. Terlebih manfaat lainnya, dapat mempererat ikatan emosional (bonding) antara orang tua dan anak. Orang tua juga ikut berproses saat melatih anak main balance bike. Orang tua yang yakin dengan kemampuan anaknya akan menumbuhkan anak-anak yang percaya diri dan termotivasi.

Bagaimana dengan ceritamu, Ibu? Apakah kamu juga memberikan balance bike untuk anak atau ada alternatif lain? Share ceritamu ya, Bu…

Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Salam hangat, Alfizza Murdiyono

Stay Healthy