Kadek Doi
Cash is the King Cashflow is the Queen Manajemen Cash Flow Rumah Tangga saat Pandemi
Diposting pada tanggal: 15-09-2020


35 Likes
Sebagai ibu baru yang memutuskan untuk menjadi pekerja lepas saya merasa perlu sekali menambah pengetahuan dan skill dalam literasi keuangan. Apalagi dalam situasi pandemi yang belum jelas kapan berakhirnya. Saya dan suami sepakat untuk semakin giat belajar mengatur strategi keuangan rumah tangga dengan lebih lugas, cerdas dan praktis. Tentu saja sambil tetap wawas dan siaga, bersiap dalam segala kemungkinan agar pengelolaan keuangan keluarga tetap berjalan dengan baik.

1. Evaluasi Pemasukan
Mungkin jika keadaan masih seperti dulu, sebelum pandemi melanda, penyesuaian dompet yang kita lakukan mungkin perubahannya tidak sesignifikan sekarang. Karena pada dasarnya mengelola cash flow rumah tangga adalah suatu kegiatan rutin yang setiap bulan harus dilakukan dan dipenuhi. Prita Ghozie (CEO & Principal Consultant @zapfinance) dalam webinar Digital Financing 101 for Mom mengajak kita agar bisa bijak dalam membedakan kebutuhan dan keinginan. Saat pandemi seperti ini, yang pertama dapat dilakukan adalah melakukan evaluasi. Beliau mengungkapkan jika siapapun dan lembaga apapun pasti akan mengkaji ulang sumber pemasukan keuangannya dari mana saja. Hal ini akan sangat bermanfaat agar kita mampu melihat dampak pandemi terhadap besarnya pemasukan dalam keuangan rumah tangga masing-masing. Setelahnya baru kita tahu, apakah dana yang ada masih mencukupi atau perlu sumber pendapatan baru. Singkat kata, Evaluasi ini penting agar kita bisa atur strategi untuk selanjutnya melakukan aksi dan beradaptasi. Setelah melakukan evaluasi pemasukan, lalu dilanjutkan dengan mengatur pengeluaran.

2. Atur Pengeluaran
Jika merasa hidup sudah rumit, yuk kita sederhanakan hidup dan pengeluaran kita menjadi tiga pos utama. Ibu Prita menyebutnya sebagai Pos Living, Saving dan Playing, jika memungkinkan bagilah ketiga pos tersebut dalam tiga rekening yang berbeda.

• Living: adalah pos keuangan yang dipakai untuk biaya hidup rutin wajib seperti sandang, pangan, papan. Kalau saya terjemahkan dalam keseharian saya: sandang adalah pakaian standard APD jika butuh ke luar rumah; pangan adalah uang makan yang tak hanya berbentuk segala sesuatu yang masuk ke perut tetapi termasuk juga di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan rohani seperti biaya persembahyangan sederhana di rumah; selanjutnya papan yang melingkupi biaya kebutuhan untuk pemeliharaan rumah rutin seperti listrik, fasilitas kebersihan dan kesehatan terkait sanitasi lingkungan. Karena saya mostly di rumah aja, sudah barang tentu menciptakan suasana nyaman dan aman selama di rumah adalah hal yang utama. Biasanya besaran dana dari pengeluaran ini adalah 50% dari pendapatan. Untuk menyesuaikan keadaan, maka rekening untuk pos ini bentuknya berupa dompet digital untuk mempermudah transfer belanja kebutuhan sehari-hari.

• Saving: Jika sebelum pandemi kondisi keuangan masih stabil, maka saving menjadi hal yang harus dilakukan. Namun senada dengan pemaparan Ibu Prita, saya pun mengalokasikan uang simpanan ini dari pos pendapatan baru yang sewaktu-waktu saya dapatkan saat bekerja secara online. Walau tidak banyak, tapi dengan menyisihkan uang di pos ini memberikan efek rasa nyaman secara personal.

• Playing: Nah ini yang saya rasa paling berubah di masa sekarang. Biasanya kalau keluar rumah ada saja pengeluaran untuk bersenang-senang. Bukan berarti selama pandemi saya tidak bersenang-senang, namun pengeluarannya ternyata lebih mudah untuk diawasi. Sebagian besar biaya playing saya gunakan untuk ikutkan anak playdate online, jajan di tetangga atau teman yang buka usaha rumahan, atau beli masker lucu yang seperti sudah jadi bagian dari trendsetter saat ini. Untuk besarannya diperkirakan sebesar 20%: (kalau sudah merasa pos playing hendak berboros-boros segera ingatkan diri untuk kembali ke Pasal 1. Utamakan hal-hal yang bersifat kebutuhan daripada yang lebih ke arah keinginan.

Nah, jangan lupa juga untuk peduli dengan Dana Darurat. Ini penting dan menjadi kunci bertahan dalam rumah tangga. Tapi kalau dana darurat tidak disuplai maka cashnya pun bisa akan habis juga, kan? (angguk-angguk).
Maka dari itu... saat sekarang inilah bisa jadi momen yang pas untuk berkreativitas dan mengarahkannya menjadi karya dan produktivitas untuk membantu keuangan kita bertahan dengan lebih baik. Jika merasa dana simpanan sudah cukup terpenuhi maka alirkan dana pemasukan baru tersebut sebagai perputaran dana darurat.

Ingat mantranya: sebisa mungkin jangan ngutang, dulu lah. Awali semuanya mulai dari langkah kecil dengan menggunakan sumber daya yang telah ada.

Jika kedua strategi di atas bisa kita praktikkan di rumah dengan baik, maka diharapkan proses adaptasi keuangan di masa pandemi ini menjadi lebih cepat dan tidak memberatkan. Ingat selalu pesan Ibu Prita, if cash is the King, cashflow is the Queen. Penting untuk kita memahami aliran keuangan rumah tangga untuk nantinya bijak dalam mengambil keputusan saat genting atau ketika side hustle kita memanggil.

Demikian sharing edisi kali ini, semoga bermanfaat dan yuk simak tulisan saya selanjutnya. Kita sama-sama belajar untuk jadi Mom CEO yang Melek Digital Financial.

Salam #EfekRumahTangga!
Kadek Doi dan #KeluargaChamara

Note: Sumber Gambar T-Magazine

Digital Financing