

Inilah Peran Ibu di Era Digital yang Patut Mama Pahami
Diposting pada tanggal: 30-10-2020
46 Likes
Jika Mama lahir sebelum pertengahan tahun 90-an, Mama tentu menyadari perbedaan nyata antara masa kecil kita dulu dengan masa kecil anak-anak kita sekarang. Dua dekade terakhir telah menjadi saksi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat dalam berbagai bidang kehidupan. Hadirnya laptop, tablet, smartphone, internet, dan media sosial telah mengubah bagaimana kita bekerja, beraktivitas, dan berinteraksi dengan orang lain sehari-hari.
Sebagai seorang ibu zaman now, kita tidak punya pengalaman masa kecil dengan teknologi untuk diaplikasikan bagi anak-anak kita sekarang. Kita juga tidak menerima warisan ilmu dari generasi sebelumnya tentang bagaimana mengasuh anak di tengah gempuran teknologi dan informasi. Karena itu, kita tentu perlu memahami peran ibu di era digital agar dapat menyediakan pengasuhan terbaik untuk masa depan anak-anak kelak. Setuju?
Inilah salah satu contoh mengapa sebagai wanita kita perlu mempelajari peran ibu di era digital, yang kini telah hadir di depan mata dengan segala tantangan dan peluangnya.
Apa saja peran ibu di era digital? Yuk, simak di bawah ini!
1. Mengedukasi Diri Sendiri
Seorang ibu tidak boleh lagi gagap teknologi dan buta literasi digital. Kita bertanggung jawab untuk mempersiapkan masa depan anak-anak kita sebaik mungkin, dan mempelajari beragam tantangan pengasuhan di era digital adalah salah satu caranya.
Saat ini banyak sekali sumber ilmu yang dapat kita gali tentang pengasuhan anak di era digital, baik yang berupa buku-buku, seminar, maupun sumber informasi online. Bahkan terkadang mungkin malah kita yang perlu belajar dari anak-anak yang lebih update seputar teknologi digital terbaru. Manfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya dan jangan berhenti untuk terus memperbarui ilmu setiap saat.
2. Membangun Komunikasi Terbuka
Saat ini komunikasi terbuka antara orang tua dengan anak menjadi hal yang semakin penting untuk dibangun sejak usia dini. Ketika anak masih kecil, tentu lebih mudah bagi orang tua untuk memonitor aktivitas mereka di internet. Namun, bagaimana ketika mereka telah beranjak remaja?
Anak tentu akan menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah atau berkegiatan bersama teman sebaya dibandingkan dengan bersama orang tua. Anak juga akan berusaha menyembunyikan aktivitas mereka di internet jika merasa bahwa orang tua terlalu mengontrol aktivitas mereka.
Kebiasaan berkomunikasi terbuka sejak dini akan membuat orang tua lebih mudah berdiskusi dengan anak tentang beragam tantangan era digital. Kepercayaan juga akan terbangun sehingga anak tidak akan ragu memberitahu orang tua ketika mengalami masalah di internet.
3.Melindungi Diri dan Keluarga dari Dampak Negatif Media dan Teknologi
Satu hal yang perlu kita ingat, ada beberapa dampak negatif yang muncul karena maraknya teknologi dan derasnya arus informasi saat ini. Maraknya pornografi online seringkali melatarbelakangi berbagai kasus kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur. Bermunculan pula kasus terlambatnya tumbuh kembang anak serta gangguan fisik dan mental yang disebabkan oleh kecanduan gawai. Berita hoaks beredar luas di berbagai media, tanpa diiringi dengan kemampuan masyarakat untuk mengevaluasi kabar yang diterimanya secara kritis. Keterbukaan informasi juga menyebabkan berkurangnya privasi dan keamanan diri dan keluarga.
Orang tua yang tidak melek literasi digital secara tidak sengaja dapat memberi celah terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan. Saat ini masih banyak orang tua yang tidak paham resiko dari konsumsi media yang tanpa batas, baik dari segi durasi dan konten. Anak ditinggalkan begitu saja di depan layar gawai tanpa pengawasan. Akibatnya, banyak anak yang terpapar pada konten yang tidak sesuai usia seperti pornografi dan kekerasan. Banyak pula yang berakhir dengan kecanduan.
Contoh lainnya, orang tua yang tidak memahami masalah keamanan berinternet mungkin saja akan membagikan informasi anak terlalu detail di media sosial tanpa batasan akses publik. Akibatnya, terbuka peluang terjadinya kejahatan oleh oknum yang memanfaatkan data-data pribadi anak kita untuk kepentingan mereka.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk melindungi anak:
Membuat aturan penggunaan gawai (durasi, waktu, tempat, konten) yang disepakati bersama dan konsisten dalam menerapkan konsekuensinya
Memonitor penggunaan gawai anak sehari-hari
Terhubung dan mengikuti akun anak di media sosial dengan tetap menghargai privasi mereka
Mencoba sendiri beragam aplikasi, games, dan situs online (atau minimal mencari tahu rating dan ulasannya) sebelum mengizinkan anak menggunakannya
4. Mengarahkan Aktivitas Anak Berteknologi Secara Positif
Di lain sisi, kita juga tidak dapat melupakan jutaan peluang dan kemudahan yang muncul karena perkembangan teknologi digital. Salah satu tugas kita sebagai orang tua adalah mengarahkan anak untuk beraktivitas positif dengan memanfaatkan bantuan teknologi.
Media sosial, aplikasi chatting, dan video call mampu mendekatkan keluarga, sahabat dan rekan yang terpisah oleh jarak secara fisik. Anak-anak dapat bergabung dengan komunitas online sesuai minat dan bakat mereka untuk menumbuhkan sense of belonging dan kepercayaan diri. Banyaknya saluran edukasi online memberi kesempatan bagi semua orang untuk menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja. Anak-anak kita memiliki kesempatan belajar yang sangat luas, sungguh sayang jika kita tidak mampu memanfaatkannya dengan maksimal. Teknologi digital juga dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi aktivitas sehari-hari.
Kita dapat mendorong anak beraktivitas positif menggunakan teknologi melalui beberapa cara berikut ini:
Mengeksplorasi dunia digital bersama anak seperti memainkan game edukatif atau menelusuri pohon keluarga secara online bersama-sama.
Membagikan pengalaman positif kita dengan media, misalnya bagaimana menjadi travel blogger bisa membawa kita jalan-jalan gratis, bagaimana kita mendapatkan penghasilan tambahan dengan memanfaatkan media sosial, atau bagaimana kita mengatur keuangan keluarga dengan menggunakan aplikasi di ponsel.
Menunjukkan bagaimana berperilaku santun dan menebar kebaikan di dunia online.
5. Menjadi Panutan
Tak ada artinya ribuan ceramah dan peraturan dalam menggunakan media dan teknologi di rumah, jika Mama tidak memberikan teladan. Jika seorang ibu sering mengabaikan pertanyaan anaknya yang masih kecil karena sibuk sendiri dengan gawainya, menurut Mama bagaimana perilaku anak pada ibunya kelak saat ia telah beranjak remaja?
Dalam tahun-tahun pertama hidupnya, anak akan menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah. Di sinilah beragam kebiasaan hidup dibangun setahap demi setahap. Kebiasaan dalam berteknologi adalah salah satu kebiasaan yang perlu dibangun dan ditanamkan pada anak secara bijak dan penuh kesadaran. Tujuannya tidak lain agar anak-anak kita mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Siapa lagi yang menjadi pedoman mereka di rumah, selain kita sebagai orang tuanya?
Mari berintrospeksi, kebiasaan apa yang masih kita lakukan selama ini yang tidak ingin kita turunkan kepada anak, entah itu berlama-lama berselancar di media sosial, memakai gawai sebelum tidur di ruang yang gelap, atau mengecek ponsel di meja makan.
Dengan atau tanpa Mama sadari, teknologi digital memang telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang wanita dengan berbagai perannya, cepat atau lambat kita akan dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi digital. Untuk apa saja? Untuk menjalankan aktivitas pribadi, urusan pekerjaan, manajemen rumah tangga, dan yang paling penting, untuk pendidikan anak-anak kita. Peran ibu di era digital seharusnya menjadi sesuatu hal yang wajib dipelajari setiap ibu masa kini.
#TipsIbuCerdasMYBABY
#MYBABYMomversity