Nony Erau Nurtia
Pentingnya Kehadiran Orang Tua Bagi Balita Generasi Alpha
Diposting pada tanggal: 14-10-2020


37 Likes
Menyaksikan setiap perubahan yang terjadi pada anak merupakan suatu anugrah yang sangat disayangkan jika terlewat begitu saja tanpa keterlibatan kita sebagai orang tua. Namun ternyata perlu perjuangan kuat untuk bisa memberikan yang terbaik bagi tumbuh kembang anak. Apalagi dengan tantangan dunia digital yang berkembang pesat, secara tidak sadar kita kerap kali meniadakan kehadiran untuk anak dan menggantikannya dengan sebuah teknologi, yang justru dapat menurunkan bonding antara orang tua dan anak, menurunkan kemampuan bersosialisai bahkan kemampuan kognitifnya.

Sedikit mengulas webinar my baby dengan tema digital parenting 101 for mom yang membahas tentang perkembangan anak, saya tertarik ketika ibu Novita Tandry seorang psikolog anak menyampaikan bahwa setiap anak memiliki perkembangan yang sama walaupun lahir di era atau kondisi yang berbeda. Jika bayi lahir di era teknologi canggih seperti sekarang bukan berarti ia terlahir lebih cerdas. Bayi akan melewati tahapan perkembangan yang sama hingga dewasa, dan yang menjadi penting adalah bagaimana anak distimulasi dengan benar dan diberikan pengetahuan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Menurut ibu Novita, orang tua harus memahami tahapan perkembangan anak agar bisa menyesuaikan metode apa yang akan digunakan untuk membimbing anak dengan baik. Seperti anak balita yang belum mampu membayangkan hal-hal abstrak atau penjelasan yang bersifat "seandainya", orang tua harus menjelaskan sesuatu yang kongkrit. Karena kemampuan anak saat balita adalah
when I hear, I forget
when I see, I remember
But when I do, I understand
maka saat anak berusia balita, akan lebih baik ketika orang tua mencontohkan dan anak ikut melakukannya. Dengan demikian dia akan lebih memahami. Hal ini lebih efektif dari pada orang tua hanya menjelaskan dengan omongan atau marah-marah.

Nah, bagi orang tua yang memiliki anak balita generasi Alpha yang lahir ditengah perkembangan teknologi yang pesat, tidak boleh terjerumus kepada pengasuhan yang salah. Misalkan memberikan anak gadget agar anteng, pedahal bermain gadget tanpa pengawasan dalam jangka panjang akan merusak kemampuan bersosialisasi dan membuat konsentrasi anak pendek bahkan berpengaruh pula pada etika dan kesopanan. Balita generasi alpha sangat membutuhkan stimulasi yang mendukung mereka memiliki sifat ramah, beretika, independen, serta daya juang tinggi.
Oleh sebab itu, kita harus bersedia hadir mengisi mereka dengan hal positif serta memberikan kegiatan pratical life, seperti berbenah, berkebun, berbicara yang sopan, berperilaku baik, disiplin, integritas, dsb.
Bahkan kehadiran orang tua harus adil terhadap semua anak. Jika kita memiliki 2 anak, maka usahakan keduanya punya kesempatan dan waktu yang sama untuk bisa bersama kita. Waktu yang memang diluangkan hanya antara 1 anak dengan orang tuanya. Pada saat itu lah kehadiran orang tua harus bermanfaat tidak hanya secara kualitas tapi juga kuantitas. Kita bisa meluangkan waktu untuk mengasah kreativitas anak, keterampilan motorik kasar dan halus, menanamkan nilai-nilai terpuji yang tidak ia dapat dari teknologi misalnya melalui permainan, membaca buku cerita, menggambar, dsb.

Jangan pernah berfikir bahwa anak balita tidak mengerti apa-apa. Justru usia 0-5 tahun adalah masa dimana anak menyerap segala hal dan belum bisa membedakan baik dan buruk. Hanya karena keterbatasan kemampuan verbal bukan berarti mereka tidak mengerti, maka disaat inilah orang tua harus sangat berhati-hati agar anak tidak menjadi generasi yang "apatis" dan "kaku".
Selain itu, membesarkan anak generasi Alpha menuntut kita juga melek teknologi dan lebih cerdas, ketika anak bertanya kepada kita berusahalah menjawab sebaik mungkin. Sekalipun tidak mengerti usahakan mencari jawaban agar ia tidak berfikir bahwa teknologi adalah jawaban dari segalanya dan berpandangan bahwa orang tua tidak lebih mengerti. Peran orang tua tidak boleh tenggelam dan tergantikan dengan teknologi, karena sejatinya teknologi hanyalah alat bantu agar kita bisa lebih hadir untuk anak.

Digital Parenting