

Pentingnya Literasi Keuangan untuk Ibu
Diposting pada tanggal: 17-09-2020
34 Likes
Peran seorang Ibu gak hanya terbatas pada pekerjaan rumah tangga ataupun mengurus anak saja lho, namun lebih daripada itu, menurut saya penting banget untuk seorang Ibu bisa membantu pengelolaan keuangan keluarga untuk mencapai berbagai tujuan finansial dalam rumah tangga, mulai dari liburan, dana pendidikan anak, atau mungkin untuk membeli aset. Oleh karena itu, financial literacy is a must!
Terus, harus mulai dari mana sih untuk bisa "melek" secara finansial? Yang pasti, kebanyakan ibu-ibu sudah punya modal awal nih, dimana selalu belanja kebutuhan yang value for money, sehingga pengeluaran bisa lebih hemat. Setuju? Salah satunya dengan membeli produk-produk My Baby pastinya untuk kebutuhan anak kita!
Tapi, selain itu, menurut Mbak Prita Ghozie, yang harus dilakukan pertama sebelum kemudian kita mengevaluasi pengeluaran, adalah terlebih dulu memperhatikan sumber penghasilan. Apakah penghasilan datang hanya dari salah satu pasangan atau keduanya, berapa penghasilan rutin yang diterima tiap bulan, bonus tahunan, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui detail sumber penghasilan, baru deh kita mencoba mengalokasikan penghasilan tersebut ke berbagai pos sesuai kebutuhan, seperti :
1. Saving/Investment (dana yang disisihkan untuk menabung/berinvestasi guna memenuhi tujuan finansial yang sudah ditetapkan, baik jangkan pendek atau jangka panjang)
2. Living (biaya kebutuhan hidup yang rutin dikeluarkan)
3. Playing (misalnya biaya entertainment untuk belanja di luar kebutuhan).
Supaya lebih mudah, kita bisa melakukan alokasi sesuai persentase. Misal, untuk Living maksimal 50%, Playing maksimal 30%, dan Saving minimal 20%! Persentase ini tidak ada aturan bakunya, jadi silakan disesuaikan oleh masing-masing rumah tangga ya :)
Literasi keuangan juga tidak terlepas dari pemahaman bahwa setiap keluarga harus memiliki simpanan Dana Darurat, yang memang disimpan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga. Nah! Dana darurat ini penting banget untuk dicadangkan di masa pandemi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini. Tidak ada aturan baku yang mengatur minimal dana darurat yang dibutuhkan oleh satu keluarga, namun saya pribadi berusaha menyimpan dana darurat setidaknya 6x pengeluaran bulanan, yang disimpan dalam bentuk deposito dan reksadana pasar uang. Pemilihan instrumen keuangan untuk dana darurat ini harus mempertimbangkan kemudahan saat pencairan dananya ya! :)
Prinsip keuangan yang saya pegang secara pribadi adalah bahwa saya harus menyisihkan uang untuk menabung/investasi terlebih dulu, baru bisa menggunakan sisanya. Dan kalau di akhir masih ada sisa dana, tentunya ya untuk menambah tabungan juga :) Yang penting memulai kebiasaan untuk rutin menabung terlebih dulu!
Nah menabung/investasinya buat apa, tentu harus dikomunikasikan dengan suami ya terkait tujuan finansialnya, apakah dialokasikan sebagian untuk dana pendidikan anak dan sebagian untuk persiapan pensiun? Atau mungkin ada juga nih alokasi untuk liburan, maupun keinginan untuk naik haji?
Dan jangan lupa untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan ya karena Ibu masih mendapatkan titipan Rezeki dari-Nya . So, jangan lupa juga alokasikan dana untuk bersedekah ya, minimal 2,5% aja!
Salam, Ibu Cerdas!