Juneris Nike Swita Nainggolan
SAHM vs WORKING MOMS
Diposting pada tanggal: 31-10-2020


30 Likes
Belum lama ini saya intens curhat-curhatan dengan beberapa teman sesama Ibu baru. Kita saling baper-baperan dan jujur mengenai kondisi kita masing-masing. Ternyata ketika saling cerita, kita baru tau kalau kami ingin saling bertukar peran dan keadaan. Memang ya manusia fana kayak kita ini cenderung melihat rumput tetangga selalu lebih hijau dan lebih indah, malah kadang jadi lupa bersyukur.

Ada teman yang terang-terangan ingin seperti saya as a Stay-At-Home-Mom a.k.a full mom, yang bisa fokus urus anak serta memantau perkembangan dan pertumbuhan anak 24 jam, bisa menstimulasi anak kapan aja, bisa main sama anak tanpa banyak mikir, pikiran gak terpecah belah (ember kali ah...), gak sering merasa bersalah, gak mewek setiap kali ninggalin anak kerja, gak stress berlebihan, gak hectic banget tiap hari, dan masih banyak lagi kegalauan lainnya.

Ada juga teman yang terpaksa merelakan dan meninggalkan anaknya diasuh Neneknya di kota yang beda karena dia harus bekerja dan berjuang sendiri untuk menghidupi anak dan dirinya. Setiap hari dia menahan tangis dan rindu yang sangat berat untuk anaknya. Ada rasa gak berharga dan bersalah juga pastinya. Seberat itu perjuangannya.

Padahal selama jadi SAHM saya justru ingin sekali seperti mereka yang tetap bisa berkarir dan urus keluarga khusunya anak bersamaan. Pengen tetap bisa bekerja, aktualisasi diri, berpenghasilan, dan merasa berharga karena ilmu yang sudah didapat tidak sia-sia dan bisa dipakai dengan lebih maksimal pastinya.

Bagi saya teman-teman saya hebat dan keren karena hidupnya bisa balance, walaupun saya tau sebenarnya bagi seorang Ibu, menyeimbangkan urusan karir dan keluarga pasti sangat susah atau bahkan mungkin hanya fatamorgana.

Begitulah dilema kami sebagai SAHM vs WORKING MOMS. Akhirnya setelah perbincangan kami selesai, saya disadarkan kembali bahwa apa yang saya lakukan sekarang ini adalah pengorbanan besar dan saya salah besar kalau saya merasa tidak berguna hanya karena saat ini jadi Ibu Rumah Tangga. Banyak hal manis dan kebahagiaan yang sebenarnya saya dapatkan sebagai SAHM. This opportunity is a great blessing from God and beyond everything.

Keputusan untuk berhenti bekerja adalah hal yang paling masuk akal untuk saya saat ini - memang tidak ada pilihan lain. Ini adalah keputusan kami bersama, kesepakatan suami dan saya, dan yang terbaik untuk keluarga kecil kami.

Saya setuju dengan teman saya yang mengatakan bahwa aktualisasi diri sebenarnya bisa dimana aja termasuk di rumah. Anak kita bisa sehat, pintar, kuat, berprestasi, itu adalah bentuk dari aktualisasi diri seorang Ibu yang cerdas.

Kesimpulan dari sharing kami adalah apapun pilihan kita sebagai Ibu, mau sebagai SAHM atau WORKING MOM, kita sama-sama berjuang dan berkorban. Kita sama-sama ingin memberikan yang terbaik untuk anak kita. Kita semua berharga. Kita semua hebat. Anak kita tidak butuh Ibu yang sempurna tapi yang baik dan bahagia.
Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya dan sebelum mengambil keputusan tentu kita sudah memikirkan semuanya dengan matang. Maka bahagia dan nikmatilah pilihan kita.

Sebagai Ibu Cerdas, mari kita saling mengingatkan, mendukung dan menghargai pilihan masing-masing. Jangan terlalu cepat menilai dan menghakimi pilihan orang lain because every decision has reason(s) and always put yourself in someone's shoes.

Stay Healthy