Mengenal Penyakit Difteri Yang Sedang Mewabah
Difteri, mungkin merupakan salah satu penyakit terpopuler di akhir tahun ini. Kasus ini mencuat setelah Kementerian Kesehatan menetapkan penyakit difteri dalam ketegori Kejadian Luar Biasa (KLB). Peyakit yang umumnya sudah sangat jarang terjadi di negara maju ini, kembali mewabah di Indonesia. Seperti yang diberitakan kompas.com, hingga 14 Desember 2017, tercatat ada 153 kasus difteri di provinsi Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, 14 orang dinyatakan meninggal. Kasus tertinggi penyakit difteri berada di wilayah industri, seperti Purwakarta, Karawang, Depok, dan Kabupaten Bekasi. Sementara data dari seluru provinsi, ada 600 laporan pasien difteri yang dirawat di 20 provinsi di Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2017.
Apa itu penyakit difteri, mengapa difteri cepat sekali menular, dan mengapa difteri begitu berbahaya, berikut tanya jawab mengenai penyakit difteri yang sedang mewabah:
Apakah difteri itu?
Difteri adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang biasanya memengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan. Gejala diawali dengan demam , batuk, nyeri tenggorokan, nyeri telan, dan suara serak. Ciri khas difteri terletak pada selaput tipis berwarna abu-abu yang menutupi bagian belakang tenggorokan yang disebut pseudomembran. Pada kasus difteri yang berat dapat ditemukan tanda klinis berupa pembengkakan daerah leher disertai pembesaran kelenjar getah bening.
Mengapa di Indonesia dapat terjadi wabah difteri?
Dikutip dari kompas.com, penyebab wabah difteri, antara lain, imunisasi anti-difteri yang belum menyentuh seluruh anak di negeri ini (sekitar 75%) dan tingkat “keampuhan” antibiotik untuk melawan bakteri ini mulai ada penurunan. Riset pada 2015 tentang pola resistensi antibiotik terhadap bakteri difteri menunjukkan kepekaan antibiotik penicillin terhadap difteri sebesar 84% dan kepekaan eritromisin sebesar 91,2%. Kepekaan antibiotik menunjukkan kemampuan daya bunuh antibiotik terhadap bakteri. Saat ini penisilin dan eritromisin adalah antibiotik pilihan untuk mengobati penyakit difteri.
Mengapa difteri sangat berbahaya?
Difteri dapat menyebabkan kematian yang biasanya terjadi karena kesulitan bernapas pada penderita akibat sumbatan yang terjadi pada jalan napas atas. Komplikasi toksin difteri yang beredar ke seluruh tubuh dan bisa menyebabkan radang jantung, gagal ginjal akut, dll, juga mengancam nyawa penderitanya.
Mengapa penderita difteri perlu diisolasi?
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Jika seorang penderita dinyatakan positif difteri, maka harus segera dirawat inap di ruang isolasi khusus untuk dilakukan serangkaian pemeriksaan, seperti pemeriksaan uji usap tenggorokan. Pada pemeriksaan ini tenggorokan dan hidung penderita akan diuji usap-dengan alat khusus. Selain penderita, uji usap tenggorokan juga dilakukan pada semua orang yang kontak erat dengan penderita. Yang dimaksud kontak erat adalah orang serumah dan atau individu yang seruang dengan penderita dalam waktu >4 jam selama 5 hari berturut-turut atau >24 jam dalam seminggu, misalnya teman bermain atau teman sekolah.
Bagaimana penatalaksanaan penyakit difteri?
Untuk pasien anak akan ditangani oleh dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam untuk penderita dewasa. Untuk tindakan tracheostomy (membuat jalan napas buatan pada dinding depan trakea) dibutuhkan ahli THT. Penanganan difteri juga melibatkan dokter ahli bedah dan dokter ahli jantung anak untuk menangani radang jantung yang seringkali membutuhkan pemasangan alat pacu jantung. Ahli epidemiologi juga dibutuhkan untuk memetakan jalur penularan penyakit difteri.
Dalam penanggulangan wabah difteri, peranan jajaran paramedis, petugas laboratorium patologi klinik dan ahli mikrobilogi juga tidak boleh dianggap remeh. Koordinasi dan kerja sama tim tentu saja menjadi hal yang teramat penting.
Bagaimana penyakit difteri ditularkan?
Penderita difteri akan menularkan penyakitnya melalui percikan air ludah dan akhirnya terhirup oleh orang di sekitarnya. Pada individu yang belum pernah diimunisasi atau status imunisasinya tidak lengkap, bakteri penyebab difteri, Corynebacterium diphtheriae, akan hidup dan berkembang biak yang akhirnya mengeluarkan toksin atau zat racun. Toksin inilah sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap timbulnya pseudomembran maupun terjadinya berbagai komplikasi (radang jantung, gagal ginjal akut dan lainnya).
Bagaimana pencegahan agar tak tertular difteri?
Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah mengeluarkan imbauan terkait pencegahan menularnya kasus difteri: Lengkapi imunisasi DPT/DT/Td anak anda sesuai jadwal imunisasi anak Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi difteri lengkap adalah sebagai berikut:
- Usia kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi difteri (DPT).
- Anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2 kali.
- Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 atau kelas 5.
- Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang dewasa. Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terdekat.
RELATED PRODUCTS