Tips Mengatasi Anak Yang Tidak Mau Berbagi Mainan
Ruang bermain si kecil penuh dengan mainan, namun setiap kali ada temannya yang datang, jangankan berbagi, ia malah selalu menginginkan mainan yang tengah dipegang oleh si teman. Akhirnya, kegembiraan dan tawa digantikan oleh air mata dan amukan. Situasi semacam ini terdengar akrab, ya, Bu?
Meski mungkin sudah kerap membaca bahwa pada usia batita, anak belum mengenal konsep berbagi, namun saat kejadian tersebut menimpa si kecil, tetap ada suatu kekhawatiran pada diri Ibu, akankah sikap “pelit” ini terbawa hingga dewasa.
Yakinlah, Bu, bahwa berbagi adalah sebuah konsep yang masih di luar jangkauan sebagian besar anak batita. Menurut Betsy Mann, seorang pendidik dari Ottawa, Kanada, seperti yang ditulis dalam www.todaysparent.com, pada usia 1 - 3 tahun, anak masih lebih tertarik pada konsep "ini milikku" daripada "mari berbagi".
Konsep berbagi akan dipelajari seiring meningkatnya perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak, yakni sewaktu mereka memasuki taman kanak-kanak. Pada usia empat tahunan, anak mulai mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Ibu dapat mengasah empatinya dengan, misalnya, mengatakan, "Bagaimana perasaan Kakak jika teman Kakak mengambil semua mainan dan tidak ingin memberi Kakak satu pun?" Tapi kata-kata seperti itu tidak akan mengena pada anak berusia dua tahunan. Bahkan kata "berbagi" bisa membingungkan mereka.
Menurut Mann, orangtua sering menggunakan kata "berbagi" untuk menggambarkan situasi yang sama sekali tidak mirip satu sama lain. Contoh, meminta anak untuk berbagi selimut, di mana dia tidak harus bergiliran atau memberikan sesuatu. Ini sangat berbeda dengan berbagi mainan, yang berarti bergantian, atau berbagi kue, di mana anak harus memberi setengah dari kue itu dan tidak mendapatkan setengahnya kembali.
Mann melanjutkan, orangtua sering memaksa anak untuk berbagi lantaran merasa malu ketika anaknya tidak mau sharing di depan orangtua lain. Menurut Mann, seharusnya cara pemaksaan ini dihindari, "Karena dengan marah, orangtua menunjukkan kepada anak bahwa berbagi hanyalah tentang berteriak."
Memaksa anak berbagi juga akan memberi kesan bahwa orangtua tak menghargai kebutuhan anak dan akan muncul perasaan, kalau barang miliknya telah direbut oleh orang lain. Lebih baik berempatilah padanya. Sikap empati akan menolong anak mengatasi rasa enggannya untuk berbagi.
Berikut tips untuk mengenalkan konsep berbagi pada anak:
- Mulai sejak dini.
Mulailah mengajarkan konsep berbagi begitu anak mulai bisa menggenggam sebuah benda (sekitar usia 3 bulanan). Ibu dapat mengajarkannya dengan cara sederhana, seperti memberi dan mengambil mainan, bolak-balik, sambil mengatakan "giliran Kakak, giliran Ibu." Belajar bagaimana bergiliran adalah langkah pertama dalam berbagi.
- Berbagi melalui cerita.
Pilih salah satu dongeng yang menceritakan bagaimana beruntungnya orang yang mau berbagi, yaitu temannya banyak, disukai orang, dan banyak kemudahan yang didapat.Berikan pujian saat anak berbagi.
- Berikan pujian saat anak berbagi.
Berikan Pujian perlu dideskripsikan dengan jelas, jangan hanya berkata "Kakak anak yang baik”, namun jabarkan, seperti “Apakah Kakak melihat senyuman di wajah Bagas saat Kakak memberinya truk itu? Dia sangat menyukai." Kata-kata terperinci seperti itu, akan lebih menarik perhatian si kecil.
Selamat mencoba!
RELATED PRODUCTS