Tips Ibu Cerdas

Mengenal Penyakit Campak dan Pencegahannya

Belum lama ini kita mendengar kabar yang sangat miris; puluhan anak di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, meninggal karena penyakit campak. Mengapa miris? Karena meski campak penyakit berbahaya,  namun sebenarnya dapat efektif dicegah melalui vaksinasi.

ampak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penularannya sangat cepat  karena melalui perantara udara atau semburan ludah {droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Bila seseorang penderita campak batuk, bersin, atau berbicara,  semburan air liurnya  yang terinfeksi akan menyemprot ke udara dan  dihirup oleh orang lain. 

Semburan air liur  yang mengandung virus campak ini  dapat bertahan aktif  selama beberapa jam  di  berbagai permukaaan benda (meja, kursi,  piring, dsb). Kontak dengan  virus  dapat terjadi saat seseorang memasukkan jari ke mulut/ hidung  atau menggosok mata setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi.  Ini menjawab mengapa penyakit campak di Asmat begitu cepat sekali menular,  yang awalnya menyerang suatu kecamatan dengan cepat menyebar ke kecamatan-kecamatan lainnya.

Gejala  Campak

Dalam www.mayoclinic.org  dijelaskan gejala campak muncul 10 sampai 14 hari setelah seseorang terpapar virus.  Dengan kata lain, pada awal terkena virus, calon penderita belum tampak sakit. Baru 10—14 hari kemudian, ia akan mengalami demam ringan  disertai batuk, pilek, mata yang meradang (konjungtivitis), sakit tenggorokan, dan terkadang diare. 

Sekitar 1—2  hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38—40,5 derajat Celcius. Seiring dengan demam tinggi yang terjadi, keluarlah bercak merah yang menjadi ciri khas campak. Bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Pada masa penyembuhan, ruam campak berangsur-angsur surut, memudar pertama dari wajah dan terakhir dari paha dan kaki.      

Pengobatan Campak

Pengobatan campak dilakukan untuk mengobati gejalanya. Obat penurun panas untuk demam,  obat diare untuk mengatasi diarenya, obat batuk untuk mengobati batuknya,   obat anti kejang bila anak punya bakat kejang, dsb.  Konsultasikan pada dokter anak untuk pengobatan yang tepat.

Pencegahan Campak

Jika seseorang di rumah menderita campak, berikut tindakan pencegahan untuk  melindungi anggota keluarga/orang lain:

solasi

Karena  campak sangat menular, penderita perlu dijauhkan dari  anggota keluarga yang lain, terutama bayi. Penderita juga tidak disarankan untuk kembali beraktivitas (bersekolah, misalnya)  sekitar empat hari setelah ruam pecah, karena meski ia sudah tampak lebih sehat, namun selama periode ini penderita tetap dapat menularkan campak pada orang-orang di sekitarnya. 

Pisahkan peralatan penderita

Untuk sementara waktu, selama sakit dan pemulihan, siapkan peralatan khusus untuk si penderita. Misalnya, piring, gelas, sendok, handuk, dan sebagainya. Ini untuk menghindari penularan lewat kontak tak langsung.

Vaksinasi campak

Pastikan anak lain  yang belum divaksinasi secara penuh segera menerima vaksin campak sesegera mungkin.  Vaksinasi campak sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)  pertama dilakukan pada anak usia 9 bulan,  lalu diulang pada usia 18 bulan, dan ketika anak kelas 1 SD. 

Jika  seseorang sudah menderita campak, tubuhnya telah membangun sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi, dan  tidak dapat terkena campak lagi. 

Kategori:
Tips Ibu Cerdas

SHARE