Wajarkah Orang Tua Mengalami Parental Burnout?

Kesabaran orang tua tampaknya semakin teruji di masa pandemi ini. Tuntutan antara menyeimbangkan pengasuhan si Kecil, pekerjaan, dan tugas rumah tangga lain, membuat kita menghabiskan begitu banyak waktu dan energi sehingga sering mengabaikan kebutuhan kita sendiri. Pada satu titik, kelelahan bukan tidak mungkin memicu parental burnout, suatu kondisi di mana orang tua begitu lelah, secara fisik dan mental, dan merasa tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan. 

 Dalam live chat MY BABY Momversity,  psikolog Pritta Tyas menjelaskan, ada tiga gejolak emosi yang bisa kita tandai sebagai parental burnout. Pertama, rasa cemas yang timbul karena kita merasa tidak mampu mengontrol banyak hal, seperti ketidakpastian akan kesehatan keluarga, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.   Kedua, rasa lelah berlebihan karena multitasking yang menuntut konsentrasi dan menguras mental orang tua. Ketiga, rasa  frustrasi saat orang tua begitu bingung lantaran dia tidak dapat mengontrol keadaan sesuai ekspektasi. 

Dampak Parental Burnout

Sesekali mengalami parental burnout adalah wajar, namun Pritta mengingatkan dampak bila orang tua mengalami kondisi ini terus-terusan, yakni:

• Akan kesulitan mengelola emosi dan mengontrol diri

Gejalanya, kita mungkin sering berteriak-teriak marah, makan berlebihan, main sosmed berlebihan, dan sebagainya.  Bila tidak ditangani, kondisi ini juga dapat memengaruhi kemampuan si Kecil mengelola emosi karena anak belajar dari orang tuanya. 

• Kehilangan kebahagiaan 

Parental burnout akan memunculkan lebih banyak hormon stres di dalam tubuh, bukan hormon kebahagiaan atau hormon cinta. Apabila “gelas cinta” dalam diri kita kosong, bagaimana kita dapat mengisi “gelas cinta” si Kecil? 

• Rasa bersalahyang berlebihan

Kondisi ini sering memengaruhi ketidak-konsistenan orang tua dalam menerapkan aturan: terkadang tegas, terkadang lunak, sehingga membuat anak menjadi bingung dengan aturan yang berlaku. 

Baca juga: 5 Tips Hindari Hyper Parenting

Mencegah Parental Burnout

 Lalu bagaimana cara mencegah parental burnout? Co Founder Bumi Nusantara Montessori & Good Enough ini memberikan beberapa tips:

• Kelola ekspektasi kita

Hindari menjadi orang tua yang perfeksionis. Kelola ekspektasi kita dengan mengetahui batas-batas kita sebagai orang tua. Contoh, saat kita lelah, minta pasangan untuk menemani si Kecil bermain, jadi tidak perlu selalu ibu yang menemani anak. 

• Jangan overthinking

Tak perlu berpikir kita adalah ibu yang buruk karena tidak bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan. Tidak ada orang tua yang sempurna. Untuk itu, fokuslah pada hal-hal baik yang ada pada diri kita. 

Baca Juga: Tips Kerja Sama Orang Tua dalam Mendidik Anak Selama di Rumah

• Lakukan bonding dengan anak

Mungkin kita pun pernah merasakan bagaimana rasa lelah hilang begitu saja ketika si Kecil memeluk dan mencium kita. Menurut Pritta, quality time dengan anak, terutama saat kita melakukan sentuhan fisik, memang dapat mengisi
“gelas cinta” orang tua. Untuk itu sempatkan selalu melakukan bonding dengan anak, peluklah si Kecil, ciumlah dia. Aroma tubuh si Kecil yang memiliki keharuman khas bedak bayi telah lama dipercaya memiliki pengaruh dalam meningkatkan ketenangan dan mengurangi stres. Aroma MY BABY Powder Fresh Fruity, misalnya, memiliki wangi khas MY BABY yang #HarumnyaJuara untuk si Kecil. Dengan aroma buah segar, MY BABY Powder Fresh Fruity tidak hanya akan membuat tubuh si Kecil harum sepanjang hari, namun juga mampu membuat orang yang mencium aromanya merasa lebih tenang dan happy.  Formula bedak nomor satu pilihan para ibu ini juga lembut  dan nyaman di kulit bayi sehingga bisa membantu menjaga kelembapan dan melindungi kulit bayi yang halus

Nah, semoga kita semua dapat terhindar dari parental burnout, ya, Bu. Jangan lupa untuk selalu memilih produk perawatan MY BABY untuk si Kecil sehingga Ibu merasa tenang dan lebih menikmati peran dalam merawat buah hati karena yakin telah memilih produk terbaik untuk si Kecil.